SEJARAH
BERDIRINYA GEREJA PANTEKOSTA dI INDONESIA
‘PEMULIHAN”
Perumnas
Kota Baru Driyorejo Gresik
- Pendahuluan
Oleh
kemurahan Tuhan 13 tahun yang lalu yaitu tepatnya sekitar bulan Juli
tahun 2000, kami suami istri (Pdt.B.Steven Sitorus,
S.Th
dan istri Pdm.Ruth Asmina Pasaribu, S.Th) dibawa seorang hamba Tuhan
kesuatu tempat yakni Perumahan Kota Baru Driyorejo Gresik. Ketika itu
keadaan disana sangat gersang, sulit untuk mendapatkan air bersih,
suasananya tidak nyaman dan lagi jika kita hitung jumlah rumah
sepertinya jauh lebih banyak dari pada penghuninya. Belum lagi
diperparah keadaan rumah-rumah yang sudah hampir hancur tak terawat.
Pemandangan yang terlihat adalah pohon-pohon yang tinggi lagi
berduridan ilalang hampir menutupi setiap rumah.
Ketika
itu kami masuk
dan tinggal
di blok 12 E, jalan Intan, kebetulan di
daerah
itu ada satu
keluarga kristen jemaat GPdI Ketintang Surabaya yang bernama
kel.Bapak
Moestambar Ngudi. Keluarga ini sangat terbuka untuk menerima kami
hambaNya dan mengijinkan rumahnya untuk kami boleh
beribadah.
- Memulai Pelayanan.
Dari
keluarga Bapak
Moestambar
yang ketika itu mempunyai
3
orang anak
yang
masih kecil (antara TK
dan SMP).
Mereka adalah anak-anak pertama yang kami layani. Hal ini berlangsung
beberapa waktu lamanya. Kami terus berdoa dan berkeliling di wilayah
Perumahan KBD dan, Puji
nama Tuhan seiring dengan berjalannya waktu Tuhan
pun
membuka jalan dan mengirimkan beberapa anak-anak Sekolah
Minggu
dan ada juga yang dewasa.
- Ibdah di Garasi
Keluarga
bapak Moestambar tinggal
di Perumahan KBD Gresik Jalan Intan 3.3/18, ketika itu rumah beliau
masih asli (belum renovasi) dan di depan rumah ada garaasi mobil.
Atas kemurahan Tuhan dan keterbukaan keluarga ini menerima kami dan
mempersilahkan garasi mobilnya kami gunakan untuk
tempat
ibadah setiap Minggu
sore jam 17.00 (WIB)
hal ini berlangsung mulai tahun 2000 s/d tahun 2002.
- Sepeda Ontel
Di
Perumahan tersebut, Tuhan mempertemukan kami satu keluarga lagi yaitu
keluarga bapak Widji dan saat itu keluarga inipun menjadi simpatisan
di tempat kami. Puji Tuhan, keluarga bapak Widji memiliki satu sepeda
ontel yang sudah tua dan mereka pun dengan sukarela mempersilahkan
kami untuk menggunakan sepeda tersebut untuk keperluan pelayanan di
Perumahan KBD Gresik. Hal ini pun berlangsung cukup lama.
- Sepeda motor YAMAHA tahun 1970
Sekitar
tahun 2002 awal, oleh kemurahan Tuhan kami mendapatkan
berkat berupa uang. Uang tersebut kami gunakan untuk membeli sepeda
motor Yamaha
tahun 1970 warna merah. Puji Tuhan,
Dia
adalah Allah yang tidak lalai akan janjiNya dan selalu setia
menyertai kami. Dengan adanya kendaraan tersebut banyak menolong
kami,
walaupun
terkadang kami harus rela mendorong karena sering mogok (apalagi
dimusim hujan), tetapi dengan adanya motor tersebut hati kami sangat
bahagia.
- Dari garasi pindah ke kontrakan
Haleluyah...!!!
Dia
adalah Allah yang tidak terlambat menepati janjiNya. Kali ini oleh
anugerahNya kami memindahkan tempat ibadah dari garasi ke rumah yang
sudah kami kontrak di Jalan Intan 3.3/25. Di
sanalah
rutinitas kami sebagai hamba Tuhan yang melayani sepenuh waktu. Tidak
sedikit air
mata
dan keluh kesah yang kami harus lalui, akan tetapi kami selalu
merasakan
bagaimana Tuhan selalu melepaskan kami dari setiap persoalan.
Terkadang kami beribadah hanya 4 orang dewasa,
yaitu kami suami istri dan ada dua orang yang lain yang bukan suami
istri, kami terus berdoa dan mohon kekuatan supaya dapat bertahan,
kami yakin ini adalah ujian panggilan sebab kami percaya bahwa jika
Tuhan yang utus Tuhan tidak pernah salah.
- Tuhan tidak lalai menepati janjiNya.
Ditengah
banyaknya tekanan yang kami hadapi, hidup dalam kekurangan, dan
puasa
dengan terpaksa akan tetapi satu waktu seorang ibu mendatangi kami
dan
menginformasikan bahwa rumah yang dijalan Intan 3.3/35 dijual (persis
5 rumah dari kontrakan). Ibu tersebut
menyampaikan
sesuatu kepada kami, “Om,
ada rumah dijual,
itu
saja dibeli”.
Puji
Tuhan,
saya
hanya menjawabnya dengan berkata,
“Baik
Bu,
jika Tuhan menghendaki,
kita akan beli”.
Dan
ternyata Ibu
itu menyambung pembicaraannya dan berkata,
“Om,
saya punya perhiasaan gelang dan cincin,
saya
akan berikan semua hasil penjualannya untuk pekerjaan Tuhan”.
Haaaleleeluuuyayyaaahhhh..!!.
Mendengar hal itu, hati saya gemetar antara percaya dan tidak. Dan
ternyata benar beberapa hari kemudian ibu itu menyerahkan uang
sebesar Rp.10.000.000,- (Sepuluh
Juta
Rupiah)
kepada
kami. Jujur kali itulah pertama kali seumur hidup memegang uang 10
juta. Semangat kami bangkit, dan segera mendatangi yang punya rumah.
Kami berterus terang menyampaikan bahwa kami adalah hamba Tuhan dan
ingin rumah itu kami jadikan sebagai rumah ibadah, puji Tuhan pemilik
rumahnya bersedia melepas dengan harga Rp.40 juta rupiah, ditangan
kami sudah ada 10 juta dan masih kurang 30 juta.
Tetapi
kami sangat yakin jika Tuhan sudah memulai Tuhan pasti melengkapinya.
Dan benar, disatu PD saya ada kesempatan untuk besaksi dan saya
sampaikan apa yang menjadi pergumulan kami dan apa yang Tuhan sudah
buat. Tuhan luar biasa Dia menggerakkan beberapa orang sampai
semuanya tertutupi bahkan untuk renovasinyapun di cukupkan oleh
Tuhan. Luar biasa!!!!!!
- Masuk padang gurun 1
(
Filipi
1:29
) “
Kepadamu dikaruniakan bukan saja percaya pada Kristus, tetapi juga
menderita..”.
Tahun 2004 pelayanan kami mulai menunjukkan kemajuan hal itu terlihat
dari pertumbuhan jiwa-jiwa yang kami layani baik anak-anak dan
dewasa. Akan tetapi rupanya iblis tidak senang melihat gereja
Tuhan bertumbuh. Mulai ada reaksi dari lingkungan yang mempersoalkan
masalah rumah sebagai tempat ibadah (SKB 2 Mentri). Saya dipanggil di
tingkat RT dan RW. Mereka mengatakan bahwa keberadaan
rumah kami sebagai tempat beribadah, meresahkan
warga. Belum sampai disitu saya di panggil di MUSPIKA Kec.Driyorejo,
disanapun saya dipersoalkan, saya berusaha memberikan pernjelasan
mengapa kami menggunakan rumah sebagai tempat ibadah tetapi mereka
tidak mau tahu
dan memaksakan kehendaknya harus menutup
tempat tersebut. Melalui Bapak
Kapolsek,
ketika itu mengamankan dan memberikan pengertian kepada warga
sehingga kami kembali bisa beribadah dengan tenang. Peristiwa itu
membuat kami makin mantap, dan jiwa-jiwa yang kami gembalakanpun
makin bertambah. Jika kami bisa melaui masa sulit itu tentu bukan
karena kuat dan gagah kami, tetapi itu adalah karena anugerah dari
Tuhan semata.
Jiwa-jiwa
makin bertambah, akhirnya kami putuskan untuk merenovasi tempat
ibadah dan membuat 2 lantai yaitu
pastori dibawah dan tempat ibadah diatas. Dia yang memanggil
adalah
Dia yang bertanggung jawab dan pasti mencukupi,
saat kami mau memulai kami terbatas
oleh
dana,
tetapi Tuhan membuka jalan bagi
kami, melalui
kredit
motor YAMAHA
Vega R. Kami
menang undian superbonus 1 unit rumah, ketika kami tanya apa bisa
diuangkan ternyata bisa dan uang inilah yang
kami
gunakan untuk membangun, belum
lagi
berkat
Tuhan dari
Dirjen Bimas Kristen di Jakarta 2 kali kami dapat bantuan dan
akhirnya bangunan selesai, hati kami bahagia luar biasa.
- Masuk padang gurun ke 2
1
Korintus 3;13 “ Sekali kelak pekerjaan masing-masing orang akan
Nampak.
Karena
hari Tuhan akan menyatakannya. Sebab ia akan nampak dengan api dan
bagaimana pekerjaan masing-masing orang akan diuji oleh api itu”.
Puji
Tuhan....!!
mulai
tahun 2004 s/d tahun 2012 pekerjaan Tuhan yang kami gembalakan di
Jemaat GPdI Pemulihan Perumnas KBD Gresik berjalan dengan baik seolah
tanpa ada hambatan (kami ada di zona aman). Sekalipun ada gesekan
itu adalah hal biasa. Kami percaya bahwa Allah tidak pernah gagal,
tetapi Ia mendidik dan mengijinkan setiap persoalan guna mendewasakan
umatNya. Juli 2012 adalah hari yang spesial bagi keluarga besar GPdI
Pemulihan
KBD,
tepatnya
Minggu
tanggal
12 Juli 2012 adalah hari ulang tahun pelayanan kami yang ke-12.
Semua acara sudah di
persiapkan
dengan baik.
Mulai
dari Sekolah Minggu
(Victor Kids), Pemuda Remaja
(Gen-P), Kaum
Wanita
dan Pria
masing-masing bersiap untuk hari tersebut, tak ketinggalan jajanan
kecil pun tersedia untuk disantap bersama.
Minggu
itu kami memulai ibadah pukul 07.00 (WIB),
anak-anak Sekolah
Minggu di
bawah dan kami
para dewasa
di atas. Puji Tuhan ibadah baru berjalan sekitar 10 menit,
tiba-tiba
seorang jemaat terburu-buru
naik keatas dan memberitahukan kepada saya bahwa dibawah ada begitu
banyak
massa berteriak-teriak
dengan berbagai sepanduk.
Mereka
meneriakkan supaya tempat ibadah ditutup. Saya berusaha untuk tenang
dan segera turun menjumpai massa dan berusaha menenangkan mereka dan
memberi kami kesempatan untuk menyelesasikan ibadah. Namun demikian
massa makin keras berteriak, sembari ada yang meneriakkan
“BAKAR..BAKAR..BAKAR...!!.
Anak-anak
kami histeris ketakutan dan segera saya minta supaya anak-anak
diungsikan, dan melihat situasi semakin memanas sementara Polisi
tidak bisa berbuat apapun, maka dengan terpaksa kami harus
menghentikan ibadah dan jemaat satu persatu turun dari atas dengan
linangan air mata.
Mulai
pagi sampai jam
12 siang massa masih tetap mengepung tempat kami, dan beberapa tokoh
dari mereka menyiapkan kertas dan menyodorkan supaya saya membuat
pernyataan untuk menutup tempat ibadah.
Ketika
itu saya hanya mengatakan kepada mereka,
“andaikkan
kalian bunuhpun saya, tetapi saya tidak akan pernah
membuat
pernyataan apapun”.
Cukup lama kami berargumen, dan akhirnya saya minta mereka
meninggalkan rumah dan memberi
waktu 3 hari,
karena saya punya pimpinan. Sekitar jam 1 siang mereka membubarkan
diri, tetapi beberapa aparat masih berjaga-jaga di tempat kami.
2
Hari
kemudian saya diundang ke MUSPIKA Kec.Driyorejo
Gresik, disana sudah ada orang
dari
MUSPIKA, FKUB Kabupaten Gresik,
Ormas HTI, DMI, Muhammadiah, Lurah dan massa. Disana saya merasakan
seperti domba yang mau disembelih, tidak ada daya tidak ada
seorangpun yang mendampingi,
apakah
itu organisasi dll.
Saya
dihakimi dan intinya mereka
memaksakan harus menutup
tempat
dan kegiatan ibadah.
Ketika saya meminta solusi
kepada
Bapak
Camat
yang terhormat,
solusinya tidak
ada,
malah bertanya apa maunya warga. Mendengar itu serentak warga (massa)
menjawab TUTUP
TEMPAT IBADAH.
Itulah wajah pemerintah kita, tunduk kepada apa kata warganya, hukum
tidak ditegakkan dan keadilan tidak ada. Dan akhirnya sejak saat itu
Gereja
kami ditutup,
bahkan bukan hanya itu HKBP,
BETHANY,
KATOLIK
dan GKJW pun dengan
terpaksa juga harus ditutup.
- Ibadah dari rumah ke rumah
Sejak
peristiwa itu kami tidak diijinkan lagi menggunakan tempat yang sudah
kami diami 12 tahun sebagai tempat ibadah. Terkadang pertanyaan
muncul dalam hati Mengapa Tuhan
setelah
12 tahun...???.
Namun
kami tetap yakin bahwa dibalik itu Tuhan mempunyai
maksud
yang
indah,
dibalik
derai air mata ada suka cita.
Kami yakin bahwa Tuhan turut bekerja dalam segala hal untuk
mendatangkan
kebaikan (Roma 8;28). Pengalaman ke dua di padang gurun ini tidak
serta merta membuat kami dan jemaat yang kami gembalakan putus asa
dan hilang harapan, justru kami makin kuat dan semangat walau kami
harus
beribadah dengan
berpindah-pindah
dari rumah jemaat kami secara bergilir.
Ketika
ibadah perdana pasca resolusi, kami beribadah dirumah jemaat dengan
duduk ditikar
dan hanya memakai
alat musik gitar,
tetapi
kami merasakan satu suasana yang indah walau ini merupakan ibadah
penuh linangan air mata dari awal sampai akhir kami hanya menangis
tetapi hati kami bahagia. Setiap Minggu
saya memotifasi jemaat untuk kuat dalam setiap keadaan. 12 Tahun
kami beribadah di
ruangan
yang tertutup,
tidak kedengaran keluar selain jemaat, tetapi sejak saat peristiwa
itu
sampai hari ini,
setiap
Minggu
kami beribadah dari satu rumah ke
rumah
yang lain, dari satu blok ke
blok
yang lain,
pujian yang kami naikkan banyak di dengar orang, Firman Tuhan yang
kami sampaikan akhirnya dapat di dengar siapapun yang ada disekitar.
Kami percaya Tuhan tidak diam, Dia adalah Allah yang hebat dan
perkasa. Setiap Minggu
kami berdoa dan melepaskan pengampunan kepada mereka yang menzolimi
kami.
Rutinitas kami
hari-hari ini, setiap
Sabtu
sore kami ada ibadah anak
(Sabtu Ceria dan Pemuda Remaja),
dan Minggu
pagi Ibadah
Raya, Selasa
ibadah Keluarga. Setiap Sabtu
pemuda kami menggotong kursi dan
perlengkapan Ibadah Raya, ketempat
rumah dimana besok Minggunya
kami beribadah dan hal
yang sama juga setiap
Minggu
selesai
ibadah, kembali mereka juga akan menggotong perlengkapan ibadah untuk
di pindahkan ke tempat berikutnya.
Saya selalu mengatakan kepada mereka bahwa “apapun
yang kita buat, buatlah seperti untuk Tuhan dan bukan manusia”
(
Kolose 3;23)
Tentu
pengalaman ini sangatlah berharga bagi kami, baik sebagai Gembala
dan jemaat, kami sadar bahwa kami sedang dilatih oleh Dia yang
memanggil
kami dan kami yakin pasti menang dan lebih dari pemenang.
PUJI TUHAN.
Tuhan Yesus Memberkati.
Pdt.B.Steven
Sitorus, S.Th